Kesalahan Erik Ten Hag membuat Man United mendapat pukulan keras dalam pertandingan Liga Champions mereka melawan Copenhagen (manchester united vs copenhagen). Dalam pertandingan yang berakhir dengan 7 gol, tim Manchester United yang dilatih oleh Erik ten Hag menderita kerugian dramatis pada menit-menit akhir pertandingan.
Berikut adalah tiga kesalahan utama yang dilakukan Erik ten Hag, serta satu keputusan baik yang dia buat:
Daftar Isi Konten
Kesalahan Erik Ten Hag 1: Strategi yang Tidak Tepat
Man United, dengan instruksi Erik ten Hag, melakukan kesalahan strategis yang berarti saat menghadapi Copenhagen dalam pertandingan Liga Champions. Kesalahan kritis ini terjadi saat Marcus Rashford dikartu merah, mengurangi jumlah pemain Man United di lapangan menjadi sepuluh.
Setelah kejadian ini, yang seharusnya dilakukan oleh Man United adalah berubah strategi dan bermain lebih ketat. Mengingat mereka bermain dengan satu pemain kurang, lebih bijaksana jika mereka beralih ke taktik defensif yang lebih solid untuk mengurangi kerentanan di belakang.
Namun, sebaliknya, mereka memilih untuk terus bermain seperti biasa, seolah-olah mereka masih memiliki kekuatan penuh di lapangan. Hasilnya tidak mengherankan, keunggulan mereka segera berkurang menjadi satu gol. Hal ini terjadi karena kurangnya penyesuaian terhadap situasi permainan yang telah berubah.
Keputusan untuk tidak memperketat pertahanan mereka setelah kehilangan Rashford, yang berperan penting dalam struktur tim, ternyata merusak keseimbangan tim dan memberikan keuntungan bagi Copenhagen. Siasat defensif yang kurang stringent ini akhirnya membuat Copenhagen bisa mencetak gol, memotong jarak dan memberi mereka keuntungan momentum dalam permainan.
Kesalahan 2: Manajemen Game yang Buruk
Manajemen pertandingan adalah aspek penting dalam sepak bola. Mampu mengontrol dan beradaptasi dengan alur permainan bisa menjadi penentu antara menang dan kalah. Sayangnya, kesalahan manajemen pertandingan terjadi dalam pertandingan Man United melawan Copenhagen.
Seperti yang ditunjukkan dalam pertandingan, United tampak kewalahan pada tahap akhir game. Sebagian besar disebabkan oleh kurangnya konsentrasi dari Diogo Dalot. Dalam situasi yang membutuhkan ketajaman dan ketahanan mental, sayangnya, seorang pemain yang biasanya dapat diandalkan di lini belakang United ini tampak kurang.
Selain itu, Man United tampak emosional dalam melibatkan bek tengah Harry Maguire dan Raphael Varane dalam operan dari belakang. Memainkan bola dari lini belakang bukanlah strategi yang buruk, tetapi dalam konteks ini, dampaknya menyebabkan penalti karena kesalahan Maguire dan Varane.
Yang lebih merusak adalah penalti yang sebelumnya berhasil disarangkan oleh Bruno Fernandes menjadi sia-sia, mengingat hasil akhir pertandingan. Penalti tersebut seharusnya mempertahankan posisi Man United, tapi strategi bermain bola dari belakang yang kurang tepat membalikkan kondisi tersebut.
Secara keseluruhan, kesalahan dalam manajemen pertandingan, baik dalam hal konsentrasi individu maupun strategi tim, berkontribusi besar pada kerugian yang diderita Erik Ten Hag dan skuadnya.
Kesalahan 3: Perubahan Strategi yang Terlambat
Kesalahan ketiga yang dilakukan oleh Erik ten Hag dalam pertandingan ini berkaitan dengan timing dan strategi perubahan pemain.
Hojlund adalah salah satu penyerang muda Man United yang memiliki potensi berbahaya dalam pertandingan tersebut. Dia berhasil mencetak dua gol dalam 30 menit pertama, namun, Ten Hag memutuskan untuk menarik dirinya keluar dari lapangan pada menit-menit akhir pertandingan.
Keputusan ini terjadi saat skor masih impas, dan alih-alih mempertahankan striker muda yang telah berkontribusi signifikan terhadap performa tim, Ten Hag memilih untuk menggantinya dengan Mason Mount.
Keputusan ini bisa dilihat sebagai upaya untuk menambah kekuatan baru ke dalam pertandingan, mungkin dengan harapan bahwa Mount bisa membawa energi baru dan menemukan celah dalam pertahanan Copenhagen. Namun, perubahan ini terbukti tidak efektif.
Tidak lama setelah perubahan ini dibuat, Copenhagen berhasil memimpin dalam pertandingan. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah perubahan yang dilakukan Ten Hag benar-benar penting atau berkontribusi positif terhadap performa tim.
Dengan kata lain, keputusan untuk menarik penyerang yang berpotensi berbahaya pada saat krusial dikritik sebagai strategi yang terlambat dan mungkin malah merugikan tim.
Keputusan yang Tepat: Memulai Pertandingan dengan Baik
Erik ten Hag dapat mengambil solace dari kenyataan bahwa Man United bermain sangat baik pada tahap awal pertandingan melawan Copenhagen. Pemaparan tim yang disiapkan dengan baik dapat melahirkan hasil yang baik di menit-menit awal pertandingan, dan itulah yang dilakukan United.
Rasmus Hojlund, yang memulai pertandingan, mencetak dua gol dalam 30 menit pertama. Hal ini merupakan bentuk nyata dari persiapan yang baik dan strategi yang efektif. Penyerang ini, dengan kelincahannya, berhasil merobohkan pertahanan Copenhagen dan memberi United keuntungan awal yang penting dalam pertandingan.
Keberhasilan ini mencerminkan bahwa Ten Hag telah melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik. Memasuki permainan, dia mendapat skema yang tepat dan memiliki pemain yang tepat di lapangan untuk melaksanakannya. Hojlund, sebagai pendahulu dalam pertandingan ini, menjadi wujud nyata dari strategi awal pertandingan yang berhasil.
Sayangnya, hasil akhir pertandingan mungkin tidak menggambarkan kinerja awal yang mengesankan ini, tetapi hal tersebut tidak mengurangi fakta bahwa Ten Hag dan timnya membuat keputusan yang tepat dalam memulai pertandingan dengan baik.
Kesimpulan
Secara positif, Man United bermain dengan kuat pada tahap awal pertandingan, dengan penyerang pendahulu Rasmus Hojlund mencetak dua gol dalam 30 menit pertama. Ini menunjukkan persiapan awal yang baik dan penempatan strategis pemain oleh manajer Erik ten Hag.
Namun, kelalaian dalam manajemen pertandingan dan keputusan strategis kemudian merusak momentum United. Kekurangan konsentrasi dari pemain seperti Diogo Dalot, keputusan yang meragukan terkait permainan bola dari belakang oleh Harry Maguire dan Raphael Varane, dan pergantian pemain yang tidak tepat waktu berturut-turut mengurangi kekuatan tim.
Secara khusus, keputusan Ten Hag untuk menarik Hojlund di akhir mempertanyakan kualitas keputusan strateginya dalam situasi kritis. Walaupun usahanya untuk memasukkan energi baru melalui Mason Mount bisa dipahami, namun pilihan ini tampaknya tidak mendatangkan hasil yang dicari.
Secara keseluruhan, penampilan United ini memiliki poin-poin positifnya sendiri, tetapi masalah dalam strategi dan manajemen pertandingan mungkin telah meredupkan hasil awal yang baik tersebut. Erik Ten Hag dan skuadnya harus belajar dari kesalahan ini untuk meminimalkan peluang kejadian serupa di masa mendatang.